MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Oleh : Kelompok 3
Meli Andriyani
|
(213116010)
|
Resky
Purnama S.
|
(213116011)
|
Kawitan
Aji
|
(213116012)
|
Aldy Febriyana
|
(213116013)
|
|
|
Kelas I-A
PRODI
ILMU KEPERAWATAN (S1)
STIKES
JENDRAL AHMAD YANI CIMAHI
CIMAHI
2016
Komunikasi terapeutik mempunyai
peranan yang cukup penting dalam membantu proses penyembuhan pasien disamping
obat-obatan. Komunikasi terapeutik biasanya digunakan dalam kegiatan yang
melibatkan masalah kesehatan atau dalam bidang.
Adapun pengertian
dari komunikasi terapeutik itu sendiri adalah komunikasi yang dilakukan atau
dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong (helper) atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang
dihadapinya melalui komunikasi.
Dalam pelaksanaan
komunikasi terapeutik, perawat memegang peranan yang sangat penting, karena
perawat dalam hal ini merupakan orang yang dituntut untuk menjalankan
komunikasi terapeutik di Rumah Sakit dan perawat juga yang akan sering
berinteraksi dengan pasien.
Seiring dengan
perkembangan proses perawatan di Rumah sakit sering kali Komunikasi terapeutik
tersebut tidak berjalan dengan semestinya. Hal tersebut sering disebabkan
karena perawat dalam melaksanakan tugas keperawatannya tidak berdasarkan pada
prinsip-prinsip terapeutik dan teknik-teknik terapeutik.
Adapun tujuan dari
komunikasi terapeutik ini adalah untuk mengembangkan pribadi klien ke arah yang
lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi,
realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri. Melalui
komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien
Puji
dan syukur saya panjatkan ke hadirat
Allah SWT, karena atas karunia dan ridho-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada panutan hidup kita
Nabi Muhammad SAW.
Keperawatan
merupakan salah satu bentuk pelayanan yang menjadi bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan asuhannya, perawat selalu mengadakan
interaksi dengan pasien, keluarga, tim kesehatan,
dan
lingkungannya, asuhan-asuhan tersebut diberikan. Selama interaksi, besar pula
kemungkinan timbulnya konflik, perbedaan nilai maupun berbagai permasalahan
etis yang menuntut perawat untuk dapat mengambil keputusan secara etis, yang
tidak melanggar kesepakatan profesional yang tertuang dalam standar praktik
maupun standar etika profesi.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini tidak terlepas dari bantuan,
motivasi, do`a dari semua pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
perkenankanlah penulis dengan kerendahan hati dan ketulusan hati untuk
menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Ibu
Rae Dadela
2. Orang tua
dan seluruh keluarga yang saya cintai, yang telah banyak memberikan motivasi
serta dukungan yang luar biasa.
3. Semua
sahabat saya yang selalu memberikan semangat dan turut membantu menyelesaikan
penulisan makalah ini.
Mudah-mudahan
makalah ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi
yang membaca.
Bandung,
Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Keperawatan
merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada bidang kesejahteraan
manusia, yaitu dengan memberikan bantuan pada individu yang sehat maupun sakit
untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu aturan yang
mengatur hubungan perawat dengan pasien adalah etika. Istilah etika dengan
moral sering digunakan secara bergantian. Secara falsafah kedua istilah ini
tidak memiliki perbedaan (Ladd, 1978, lih.
Pada Megan, 1989).
Secara etimologi kata etika berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos yang berarti adat istiadat atau
kebiasaan, yang berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan. Keperawatan
adalah pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu
perawat. Jadi etika keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab
moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan.
Komunikasi merupakan pertukaran informasi
diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain, pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya
antara lain: berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca,
melukis, menari, bercerita dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
segala bentuk upaya penyampaian pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara
lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau gesture
(non-verbal), adalah komunikasi. Keterampilan berkomunikasi merupakan
keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk membangun suatu hubungan, baik
itu hubungan yang kompleks maupun hubungan yang sederhana melalui sapaan atau
hanya sekedar senyuman.
Komunikasi adalah
bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak
terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam
hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. (Shannon & Weaver)
Komunikasi adalah
pengalihan suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami.
(Alo Liliweri)
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan
komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang
perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan
khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien.
Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan
atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres,
mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang
lain.
Stuart G.W
(1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal
antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional
klien. Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah
hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik. Oleh karena itu, penulis menyusun suatu makalah tentang etika
keperawatan terhadap berkomunikasi agar bisa dipahami oleh para mahasiswa yang
nantinya akan berguna ketika bekerja di Rumah Sakit atau institusi yang
lainnya.
Kami hanya akan
membahas mengenai etika keperawatan terhadap berkomunikasi
1. Apa pengertian komunikasi terapeutik?
2. Apa tujuan komunikasi terapeutik?
3. Apa prinsip dasar komunikasi terapeutik?
4. Apa karakteristik helper yang memfasilitasi
tumbuhnya hubungan terapeutik?
1. Membekali perawat pada saat akan melakukan
tindakan pada pasien
2. Agar perawat dan pasien terjalin komunikasi
yang baik
3. Membantu pasien untuk memperjelas dan
mengurangi perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah
situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan
4. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil
tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
tentang komunikasi terapeutik
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tujuan
dari komunikasi terapeutik
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
prinsip dasar dari komunikasi terapeutik
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
karakteristik helper yang memfasilitasi tumbuhnya hubunan terapeutik
BAB
2
KAJIAN
TEORI
Pada
profesi keperawatan komunikasi menjadi sangat penting karena komunikasi
merupakan alat dalam melaksanakan proses keperawatan. dalam asuhan keperawatan,
komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat
kesehatan yang optimal (Stuart, G.W., 1998). karena bertujuan untuk terapi maka
komunikasi dalam keperawatan disebut komunikasi
terapeutik.
Northouse (1998, hal.12) menyatakan bahwa, "Komunikasi terapeutik adalah
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap
stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan dengan
orang lain". Sedangkan Stuart
G.W.(1998) menyatakan bahwa, "Komunikasi terapeutik merupakan hubungan
interpesonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien
memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosional klien". Hibdon, S. (2000) menyatakan bahwa pendekatan konseling
yang memungkinkan klien menemukan siapa dirinya merupakan fokus dari komunikasi
terapeutik.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat
dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau
dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong (helper) atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang
dihadapinya melalui komunikasi.
Perawat
harus memiliki tanggung jawab moral tinggi yang didasari atas sikap peduli dan
penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan
berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979), dan Amsyari (1995) menambahkan
bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak peduli
terhadap orang lain dan adalah seorang pendosa apabila perawat mementingkan
dirinya sendiri. Selanjutnya, Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979)
menyatakan bahwa human care terdiri
atas upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa
kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan,
dan keberadaannya, serta membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengendalian diri.
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk
mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan
diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi, realisasi diri, penerimaan
diri, dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi terapeutik
diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. klien yang tadinya tidak bisa
menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi
terapeutik dengan perawat akan mampu menerima dirinya/ Seorang wanita yang mengalami
kanker serviks biasanya akan mengalami gangguan gambaran diri,gangguan harga
diri, merasa tidak berarti dan tidak berharga dimata pasangannya merasa putus
asa dan depresi (Berry, P.D., 1996). Dengan melakukan komunikasi terapeutik
pada klien tersebut, diharapkan perawat dapat mengubah cara pandang klien
tentang penyakitnya, dirinya, dan masa depannya, sehingga klien
dapat menghargai dan menerima diri apa adanya. Kemampuan membina hubungan
interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima
orang lain.
Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Identitas
personal disini termasuk status, peran, dan jenis kelamin. melalui komunikasi
terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas
dirinya dan identitas dirinya yang jelas. Dalam hal ini perawat berusaha
menggali semua aspek kehidupan klien di masa sekarang dan masa lalu. Kemudian
perawat membantu meningkatkan integritas diri klien melalui komunikasinya
dengan klien.
Komunikasi
merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
ada dua komunikasi yang dikembangkan
dalam komunikasi terapeutik,
Di rumah
sakit, jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan
adalah dengan pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan
tatap muka yang menggunakan bahasa.
Komunikasi
nonverbal merupakan penyampaian kode nonverbal yaitu suatu proses pemindahan
atau penyampaian pesan tanpa mengeluarkan kata-kata. Cangara, H, (2006)
mendefinisikan bahwa penyampaian kode nonverbal biasanya disebut juga bahasa
isyarat atau bahasa diam (silent
language).
2.5
Teknik Komunikasi Terapeutik
Tiap
klien tidak sama, oleh karena itu diperlukan penerapan teknik
berkomunikasi yang berbeda Berikut berdasarkan referensinya dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950), dan Wilson & Kneisl (1920).
Kesan pertama
ketika perawat mau mendengarkan keluhan klien dengan saksama adalah perawat
akan memperhatikan klien. dengan begitu kepercayaan klien terhadap kapasitas
dan kemampuan perawat akan terjaga. keluhan yang disampaikan akan lebih
lengkap, dan lebih terperinci, serta sistematis sehingga memudahkan perawat
mengelompokan data sebagai sarana menentukan diagnosis keperawatan, baik maupun
aktual maupun potensial.
Menerima tidak
berati menyetujui. Menerima pasti menyetujui, sedangkan menyetuji belum tentu
menerima. perilaku apa yang ditampilkan oleh klien dan keluhan apa saja yang
disampaikan klien merupakan masukan yang berharga bagi perawat, walaupun kadang
apa yang diucapkan tidak sesuai dengan penyakit yang diderita dan gejala yang
dialami klien.
Tujuan perawat
bertanya dengan pertanyaan terbuka (board
opening) adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai kondisi
riil dari klien dengan menggali penyebab klien mencari pertolongan atau
penyebab klien datang ke tempat pelayanan.
Dengan mengulang
kembali ucapan klien, harapan perawat adalah memberikan perhatian terhadap apa
yang telah diucapkan. Stuart and Sudeen (1995) mendefinisikan pengulangan
adalah pengulangan pikiran utama yang diekspresikan klien. dimaksud bisa
dimaknai sebagai pengulangan apa yang diucapkan dan pengulagan apa yang
dimaksudkan.
Apabila terjadi
kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi
dengan menyamakan pengertian, maksud, dan ruang lingkup pembicaraan karena
informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Metode ini
dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan
dimengerti. Materi yang disampaikan ataupun akan didiskusikan mengerucut pada
salah satu masalah saja, yang penting adalah konsisten, dan kontinue atau
berkesinambungan.
Perawat perlu
memberikan umpan balik kepada klien dengan menyakan hasil pengamatannya
sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.
Tambahan
informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap
keadaannya.
Diam dilakukan
perawat terhadap klien adalah bertujuan untuk menunggu respons klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
Meringkas adalah
pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat dalam rangka
meningkatkan pemahaman.
Penguatan (reinforcement) positif atas hal-hal
yang mampu dilakukan klien dengan baik dan benar merupakan bentuk pemberian
penghargaan.
Klien mungkin belum
siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klienb tidak
mampu untuk membuat dirinya dimengerti.
Berikan
kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang peranannya dalam
interaksi ini.
Teknik ini
menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang
mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan
tertarik dengan apa yang dibicarakan selanjutnya.
Kelanjutan dari
suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya
dalam suatu perspektif. Secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk
melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama.
Apabila perawat
ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesuatunya dari perspektif
klien. Reflesksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide serta
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami
dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik, antara lain:
1
Pertama, hubungan perawat
dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan. Hubungan ini
didasarkan pada prinsip “humanity of
nurse and clients”. Kualitas hubungan perawat-klien ditentukan oleh
bagaimana perawat mengidentifikasian dirinya sebagai manusia (human).
hubungan seorang perawat dengan klien tidak hanya sekedar hubungan seorang
penolong dengan kliennya tapi lebih dari itu, yaitu hubungan antar manusia yang
bermartabat (Duldt-Battey, 2004).
2
Kedua, perawat harus
menghargai keunikan klien. Tiap individu mempunyai karakter yang berbeda-beda.
Karena itu perawat perlu memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat
perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
3
Ketiga, semua komunikasi
yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan,
dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
4
Keempat, komunikasi yang
menciptakan tumbuhannya hubungan saling percaya (trust) harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali pemasalahan
dan memberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart, G.W., 1998). Hubungan
saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi
terapeutik.
Karakteristik
pribadi seorang helper atau perawat
sangat menentukan keberhasilan komunikasi dalam asuhan keperawatan karena
instrumen yang digunakan oleh perawat pada saat berkomunikasi dengan klien
adalah dirinya sendiri. Menurut roger dalam Stuart G.W.(1998), ada beberapa
karakteristik seorang helper (perawat)
yang dapaat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik. Karakteristik helper tersebut antara lain:
Kejujuran
(trustworthy) sangat penting dalam
komunikas terapeutik, karena tanpa adanya kejujuran mustahil terapeutik, karena
tanpa adanya kejujuran mustahil bisa diterbina hubungan saling percaya.
Seseorang akan menaruh kepercayaan pada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai
respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan
bicara yang terlalu halus sehingga
sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikap
yang tidak jujur (Rahmat, J., 1996). Seorang perawat yang baik adalah selalu
berkata jujur pada kliennya. Sikap yang tidak jujur dari perawat bisa
menyebabkan klien menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa
juga berpura-pura patuh.
Dalam
berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah
dimengerti oleh klien dan tidak berbelit-belit. Nonverbal perawat harus cukup
ekspresif dan harus sesuai dengan verbalnya. Ketidaksesuaikan verbal dan
nonverbal perawat dapat menimbulkan kebingungan bagi klien.
Bersikap positif
terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan klien lewat nonverbalnya
sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam membuat
rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ini bisa ditunjukkan dengan
sikap yang hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Roger(1974)
dalam Ellis, Gates, dan Kenworthy (2000) menyatakan inti dari hubungan
terapeutik adalah kehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati, dan sikap
positif. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan, pemahaman yang empati, dan
sikap positif. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan dalam hubungan yang
terapeutik tidak diperlukan adanya kedekatan yang kuat di antara perawat dan
klien yang akan tetapi yang diperlukan adalah penciptaan suasana yang dapat
membuat klien merasa aman dan di terima dalam mengungkapkan perasaan dan
pikirannya (Burnard, P & Morrison P., 1991). Sikap yang negati terhadap
klien seperti meremehkan, berbicara sambil melakukan tindakan lain atau menilai
sikap klien dapat merusakan hubungan terapeutik perawat-klien. Rusaknya
hubungan terapeutik bisa menghambat tujuan yang ini dicapai.
Sikap empati
sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat
akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan
akan dipikirkan klien (Brammer, 1993). Seorang perawat yang bersikap empati
pada klien akan mampu memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien,
karena sekalipun dia turut merasakan permasalahaan yang dirasakan kliennya,
tetapi dia tidak larut dalam masalah tersebut sehingga perawat dapat memikirkan
masalah yang dihadapi klien secara objektif.
Dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien (Taylor,
Lilis, dan La Mone, 1997). Karena itu untuk memecahkan masalah klien perawat
harus mampu melihat permasalahan tersebut dari sudut pandang klien. Untuk
kemampuan ini perawat dituntut untuk memiliki kemampuan active listening dan kesabaran dalam mendengar semua ungkapan
klien. Jika perawat menyimpulkan permasalah yang dihadapi klien berdasarkan
pengalaman yang dialaminya dan memberikan saran dengan tergesa-gesa akibatnya
bisa fatal jika apa yang disarankan perawat tidak memecahkan masalah klien atau
klien merasa tidak puas karena keputusan yang diambil bukan keputusannya
sendiri.
Kemampuan
untuk menerima klien apa adanya juga merupakan salah satu karakteristik dari
seorang helper yang efektif. Jika
seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalani hubungan
interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai-Otong, 1995). Menilai atau mengkritik
klien berdasarkan nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukan bahwa perawat
tidak menerima klien apa adanya. Seorang perawat yang baik tidak akan memandang
hina pada klien dan keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan pakaian yang
kumal dan kotor.
Sebelum seorang
perawat menjadi seorang konselor, sebaiknya dia bertanya pada dirinya sendiri,
“Apakah saya ini sudah sensitif terhadap perasaan atau kebutuhan orang lain?”
Tanpa kemampuan ini hubungan terapeutik perawat-klien tidak akan terjalin
dengan baik, karena jika pada saat berkomunikasi perawat tidak sensitif
terhadap perasaan kliennya bisa saja perawat menyinggung perasaan klien.
Tidak
mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri. Salah satu
karakteristik seorang helper yang
efektif dan mampu mempertahankan hubungan yang terapeutik dengan klien adalah
tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien dan masa lalu dirinya.
BAB 3
PEMBAHASAN
Komunikasi dalam bidang
keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan atara
tenaga kesehatan dan pasien dan
menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Oleh karena itu, komunikasi
terapeutik memegang peranan penting
memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeuik merupakan komunikasi
roposional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua
komponen penting yaitu proses komunikasi
dan efek komunikasi. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi untuk personal
dengan titik tolak saling memberikan
pengertian antara petugas kesehatan dengan pasien. Hibdon, S. (2000)
menyatakan bahwa pendekatan konseling yang memungkinkan klien menemukan siapa
dirinya merupakan fokus dari komunikasi terapeutik.
Contoh
kasus terapeutik :
Assalamualaikum,Selamat
pagi bu, perkenalkan nama saya Aji, Apakah benar ini dengan ibu X? Baik ibu,
hari ini saya yang akan merawat ibu dari pukul 07:00 sampai 14:00 siang nati,
jadi kalau ada masalah atau keluhan ibu
dapat menginformasikan kepada saya. bagaimana perasaan ibu saat akan
menjalankan operasi? apakah ada keluhan
yang sedang ibu rasakan saat ini? Sebaiknya ibu jangan teralu cemas
untuk operasi hari ini. Coba ibu relaksasi tarik nafas sesuai intruksi dari
saya. Tnarik nafas bu tahan 3 detik lalu keluarkan melalui mulut. Ulangi
relaksasi tersebut agar ibu tidak terlalu merasa cemas untuk operasi hari ini.
Baik bu relaksasinya cukup 5 menit. Sekarang bagaimana perasaa ibu? Apakah
sudah terasa tenang dan lebih baik? Kalau begitu saya akan kembali lagi setelah
ibu selesai operasi nanti. Semoga operasinya lancar dan semoga cepat sembuh ya
bu. Mungkin pertemuan kita cukup sampai disini dulu. Assalamualaikum.
Dari
kasus di atas sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Northouse
(1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan
perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres.
Komunikasi trapeutik merupakan alat untuk melakukan terapi
pada pasaien,
Komunikasi terapeutik bertujuan
untuk mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan
diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi, realisasi diri, penerimaan
diri, dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi terapeutik
diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. klien yang tadinya tidak bisa
menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi
terapeutik dengan perawat akan mampu menerima dirinya/ Seorang wanita yang
mengalami kanker serviks biasanya akan mengalami gangguan gambaran
diri,gangguan harga diri, merasa tidak berarti dan tidak berharga dimata
pasangannya merasa putus asa dan depresi (Berry, P.D., 1996). dengan melakukan
komunikasi terapeutik pada klien tersebut, diharapkan perawat dapat mengubah
cara pandang klien tentang penyakitnya, dirinya, dan masa depannya sehingga
klien dapat menghargai dan menerima diri apa adanya.
Kemampuan membina hubungan
interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima
orang lain.
Termasuk status, peran, dan jenis
kelamin. melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien
meningkatkan integritas dirinya dan identitas dirinya yang jelas. Dalam hal ini
perawat berusaha menggali semua aspek kehidupan klien di masa sekarang dan masa
lalu. Kemudian perawat membantu meningkatkan integritas diri klien melalui
komunikasinya dengan klien.
Komunikasi terbagi menjadi dua,
yaitu komunikasi secara verbal dan
komunikasi secara nonverbal, jenis komunikasi secara verbal yaitu
klien berkomuniksi dengan secara langsung/ bertatap muka, sedangakan komunikasi secara nonverbal adalah
berkomuniksi secara tidak langsung artinya klien menyampaikan sesuatu biasanya dengan menggunakan bahasa isyarat.
Setiap perawat harus menguasai teknik-teknik dalam berkomunikasi
kepada klien, karena
setiap klien
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, seperti
dengan mendengarkan setiap
ungkapan klien dengan penuh perhatian, menunjukan rasa menerima, menanyakan pertanyaan yang bersifat terbuka agar perewat tahu apa
penyebab masalah yang di ungkakan klien,
menguatkan klien dengan masukan masukan
yang positif, memberikan
kesempatan kepada klien
untuk memulai suatu pembicaraan, membiarkan
klien untuk melanjutkan pembicaraannya sampai selesai agar si
klien merasa legak.
Ada beberapa prinsip dasar yang
harus dipahami dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik.
Hubungan antara perawat dan klien adalah hubungan yang saling menguntungkan. Karena Hubungan ini didasarkan pada
prinsip “humanity of nurse and clients.”
Kualitas hubungan antara perawat dan kilen ditentukan dari bagaiaman acara perawat
mengidentifikasi/ melihat dirinya sebagai seorang manusia.
Hubungan perawat dengan pasien bukan hanya sekedar hubungan
antara penolong dengan yang ditolong tetapi sebagai sesama manusia yang
bermartabat.
Seorang
perawat harus bisa memahami klien karena setiap klien mempunyai sifat, karakter, suku dan latar belakang
yang berbeda-beda, jadi perawat harus menghargai dan memahami setiap
karakteristik semua komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien harus
saling menjaga harga diri dan komunikasi yang menciptakan hubungan saling
percaya antara perawat dan klien.
Karakteristik seorang perawat
sangat menentukan keberhasilan komunikasi dengan kilen karena instrumen yang di gunakan oleh perawat saat
berkomunikasi adalah dirinya sendiri. Menurut Roger dalam Stuart
G.W.(1998) ada beberpa karakteristik seorang perawat yang dapat memfasilitasi
tumbuhnya hubungan terapeutik yaitu,kejujuran, karena kejujuran sangatlah penting dalam komunikasi terapeutik,
karena tanpa adanya kejujuran, tidak
akan ada rasa saling percaya antara
perawat dengan klien ,seorang akan percayapada lawan bicaranya yang terbuka dan
tidak mengada ngada atau, sebaliknya, seseorang akan merasa
berhati hati dan tidak percaya kepada lawan bicaranya ketika lawan bicaranya
tidak jujur, dan menyembunyikan sesuatu, Tidak membingungkan dan cukup
ekspresif dalam beromunikasi dengan klien,seorang perwat sebaiknya menggunakan
kosakata yang mudah dimengerti dan tidak dipersusah, bersikap
psitif terhadap apa saja yang di
sampaikan klien secara tidak langsung sangatlah penting dalam membangun hubungan kepercayaan kepada perawat, sikap positif ini bisa di tunjukan dengan sikap yang hangat
dan memberikan perhatian penuh serta penghargaan kepada klien.
Seorang
perawat harus bersikap empati kepada klien, agar perawat bisa merasakan permasalahan yang sedang di rasakan oleh
klien dan akan memberikan alternatif
untuk pemecahan masalah yang sedang di alamai oleh klien. Perawat harus
mempunyai sifat sabar untuk mendengarkan semua
yang di ungkapkan oleh klien, agar perawat bisa mengetahui permasalahan
dan bisa memberikan saran yang tepat yang bisa memecahkan masalah yang sedang klien alami.
Seorang
perawat juga harus bisa menerima pasien apa adanya, dengan tidak membeda-bedakan
dalam segi setatus sosial atau pun dari segi
lainya, karena jika seseorang mersa di terima, maka dia akan merasa aman dan nyaman dalam menjalani
hubungan interpersonal.dan
yang palingpenting adalah perwat harus sensitif terhadap keadaan pasien karna,
jika saat melakukan komunikasi, sang perawat tidak sensitif, bisa saja sang
klien merasa tersinggung denga katakatan perawat tadi,tanpa kemampuan ini
perawattidak akan bisa menjalin
hubungan terapeutik yang baik dengan pasien.
Komunikasi
terapeutik merupakan tanggung jawab seorang perawat. Kemampuan menerapkan
teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan juga ketajaman
perasaan, agar lebih efektif dan baik diperlukannya pengasahan keterampilan
berkomunikasi sehingga efek terapeutik yang menjadi tujuan dalam komunikasi
terapeutik dapat tercapai.
Dalam
membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik diperlukanya beberepa
prinsip dasar yang harus dipahami, yang pertama hubungan perawat dengan klien adalah
hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, kedua perawat harus menghargai
keunikan klien. Tiap individu mempunyai karakter yang berbeda-beda, ketiga
semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan dan yang terakhir adalah komunikasi yang menciptakan tumbuhannya
hubungan saling percaya (trust).
1.
Dalam berkomunikasi dengan klien
hendaknya perawat menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman antara perawat dengan klien.
2.
Dalam menjalankan profesinya
hendaknya perawat selalu memegang teguh etika keperawatan.
4.3
DAFTAR
PUSTAKA
Nasir, A., Muhith, A., Sajidin, M., & Mubarak,
W. I. (2009). Komunikasi dalam Keperawatan; Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
riff46. (2011, Mei 21). Integrasi Konsep Komunikasi dan
Etika dalam Pemberian Obat. Dipetik Oktober 25, 2016, dari Wordpress:
https://riff46.wordpress.com/2011/05/21/integrasi-konsep-komunikasi-dan-etika-dalam-pemberian-obat/
Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan
Praktik. Jakarta: EGC.