Rabu, 21 Desember 2016

Lirik Twenty One Pilots - Heathens

TWENTY ONE PILOTS LYRICS
"Heathens"




All my friends are heathens. Take it slow
Wait for them to ask you who you know
Please don't make any sudden moves
You don't know the half of the abuse

All my friends are heathens. Take it slow
Wait for them to ask you who you know
Please don't make any sudden moves
You don't know the half of the abuse

Welcome to the room of people
Who have rooms of people that they loved one day
Docked away
Just because we check the guns at the door
Doesn't mean our brains will change from hand grenades

You'll never know the psychopath sitting next to you
You'll never know the murderer sitting next to you
You'll think, "How'd I get here, sitting next to you?"
But after all I've said
Please don't forget

All my friends are heathens. Take it slow
Wait for them to ask you who you know
Please don't make any sudden moves
You don't know the half of the abuse

We don't deal with outsiders very well
They say newcomers have a certain smell
You have trust issues, not to mention
They say they can smell your intentions

You'll never know the freakshow sitting next to you
You'll have some weird people sitting next to you
You'll think, "How'd I get here, sitting next to you?"
But after all I've said
Please don't forget
(Watch it, watch it)

All my friends are heathens. Take it slow
Wait for them to ask you who you know
Please don't make any sudden moves
You don't know the half of the abuse

All my friends are heathens. Take it slow
(Watch it)
Wait for them to ask you who you know
(Watch it)
Please, all my friends are heathens. Take it slow
(Watch it)
Wait for them to ask you who you know

Why'd you come? You knew you should have stayed
(It's blasphemy)
I tried to warn you just to stay away
(Away)
And now they're outside ready to bust
(To bust)
It looks like you might be one of us

http://www.azlyrics.com/lyrics/twentyonepilots/heathens.html

ETIKA PROFESI KEPERAWATAN DALAM BERKOMUNIKASI

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Oleh : Kelompok 3
Meli Andriyani
(213116010)
Resky Purnama S.
(213116011)
Kawitan Aji
(213116012)
Aldy Febriyana
(213116013)








Kelas  I-A

PRODI ILMU KEPERAWATAN (S1)
STIKES JENDRAL AHMAD YANI CIMAHI


CIMAHI
2016


ABSTRAK


            Komunikasi terapeutik mempunyai peranan yang cukup penting dalam membantu proses penyembuhan pasien disamping obat-obatan. Komunikasi terapeutik biasanya digunakan dalam kegiatan yang melibatkan masalah kesehatan atau dalam bidang.
Adapun pengertian dari komunikasi terapeutik itu sendiri adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong (helper) atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi.
Dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik, perawat memegang peranan yang sangat penting, karena perawat dalam hal ini merupakan orang yang dituntut untuk menjalankan komunikasi terapeutik di Rumah Sakit dan perawat juga yang akan sering berinteraksi dengan pasien.
Seiring dengan perkembangan proses perawatan di Rumah sakit sering kali Komunikasi terapeutik tersebut tidak berjalan dengan semestinya. Hal tersebut sering disebabkan karena perawat dalam melaksanakan tugas keperawatannya tidak berdasarkan pada prinsip-prinsip terapeutik dan teknik-teknik terapeutik.
Adapun tujuan dari komunikasi terapeutik ini adalah untuk mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi, realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas karunia dan ridho-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada panutan hidup kita Nabi Muhammad SAW.
Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang menjadi bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan asuhannya, perawat selalu mengadakan interaksi dengan pasien, keluarga, tim kesehatan, dan lingkungannya, asuhan-asuhan tersebut diberikan. Selama interaksi, besar pula kemungkinan timbulnya konflik, perbedaan nilai maupun berbagai permasalahan etis yang menuntut perawat untuk dapat mengambil keputusan secara etis, yang tidak melanggar kesepakatan profesional yang tertuang dalam standar praktik maupun standar etika profesi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, do`a dari semua pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis dengan kerendahan hati dan ketulusan hati untuk menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1.      Ibu Rae Dadela
2.      Orang tua dan seluruh keluarga yang saya cintai, yang telah banyak memberikan motivasi serta dukungan yang luar biasa.
3.      Semua sahabat saya yang selalu memberikan semangat dan turut membantu menyelesaikan penulisan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi yang membaca.
Bandung, Oktober 2016

Penulis


DAFTAR ISI



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1             Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada bidang kesejahteraan manusia, yaitu dengan memberikan bantuan pada individu yang sehat maupun sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu aturan yang mengatur hubungan perawat dengan pasien adalah etika. Istilah etika dengan moral sering digunakan secara bergantian. Secara falsafah kedua istilah ini tidak memiliki perbedaan (Ladd, 1978, lih. Pada Megan, 1989).
Secara etimologi kata etika berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan, yang berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan. Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu perawat. Jadi etika keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan.
Komunikasi merupakan pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain, pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara lain:  berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau gesture (non-verbal), adalah komunikasi. Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk membangun suatu hubungan, baik itu hubungan yang kompleks maupun hubungan yang sederhana melalui sapaan atau hanya sekedar senyuman.
Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling  mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. (Shannon & Weaver)
Komunikasi adalah pengalihan suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami. (Alo Liliweri)
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan  pasien.
Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara  perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar  bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik. Oleh karena itu, penulis menyusun suatu makalah tentang etika keperawatan terhadap berkomunikasi agar bisa dipahami oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di Rumah Sakit atau institusi yang lainnya.

1.2             Batasan Masalah

Kami hanya akan membahas mengenai etika keperawatan terhadap berkomunikasi

1.3             Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian komunikasi terapeutik?
2.      Apa tujuan komunikasi terapeutik?
3.      Apa prinsip dasar komunikasi terapeutik?
4.      Apa karakteristik helper yang memfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik?

1.4             Tujuan

1.      Membekali perawat pada saat akan melakukan tindakan pada pasien
2.      Agar perawat dan pasien terjalin komunikasi yang baik
3.      Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan
4.      Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.

1.5             Manfaat Makalah

1.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang komunikasi terapeutik
2.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tujuan dari komunikasi terapeutik
3.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami prinsip dasar dari komunikasi terapeutik
4.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami karakteristik helper yang memfasilitasi tumbuhnya hubunan terapeutik



BAB 2
KAJIAN TEORI


2.1            Pengertian

Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi sangat penting karena komunikasi merupakan alat dalam melaksanakan proses keperawatan. dalam asuhan keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Stuart, G.W., 1998). karena bertujuan untuk terapi maka komunikasi dalam keperawatan disebut komunikasi terapeutik.
Northouse (1998, hal.12) menyatakan bahwa, "Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain". Sedangkan  Stuart G.W.(1998) menyatakan bahwa, "Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpesonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien". Hibdon, S. (2000) menyatakan bahwa pendekatan konseling yang memungkinkan klien menemukan siapa dirinya merupakan fokus dari komunikasi terapeutik.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong (helper) atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi.
Perawat harus memiliki tanggung jawab moral tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979), dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak peduli terhadap orang lain dan adalah seorang pendosa apabila perawat mementingkan dirinya sendiri. Selanjutnya, Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa human care terdiri atas upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya, serta membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri.

2.3            Tujuan Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi, realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. klien yang tadinya tidak bisa menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat akan mampu menerima dirinya/ Seorang wanita yang mengalami kanker serviks biasanya akan mengalami gangguan gambaran diri,gangguan harga diri, merasa tidak berarti dan tidak berharga dimata pasangannya merasa putus asa dan depresi (Berry, P.D., 1996). Dengan melakukan komunikasi terapeutik pada klien tersebut, diharapkan perawat dapat mengubah cara pandang klien tentang penyakitnya, dirinya, dan masa depannya, sehingga klien dapat menghargai dan menerima diri apa adanya. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain.
Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Identitas personal disini termasuk status, peran, dan jenis kelamin. melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas dirinya yang jelas. Dalam hal ini perawat berusaha menggali semua aspek kehidupan klien di masa sekarang dan masa lalu. Kemudian perawat membantu meningkatkan integritas diri klien melalui komunikasinya dengan klien.
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
ada
dua komunikasi yang dikembangkan dalam komunikasi terapeutik,
Di rumah sakit, jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan adalah dengan pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka yang menggunakan bahasa.
Komunikasi nonverbal merupakan penyampaian kode nonverbal yaitu suatu proses pemindahan atau penyampaian pesan tanpa mengeluarkan kata-kata. Cangara, H, (2006) mendefinisikan bahwa penyampaian kode nonverbal biasanya disebut juga bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language).
2.5            Teknik Komunikasi Terapeutik
Tiap klien tidak sama, oleh karena itu diperlukan penerapan teknik berkomunikasi yang berbeda Berikut berdasarkan referensinya dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950), dan Wilson & Kneisl (1920).

2.5.1      Mendengarkan dengan Penuh Perhatian

Kesan pertama ketika perawat mau mendengarkan keluhan klien dengan saksama adalah perawat akan memperhatikan klien. dengan begitu kepercayaan klien terhadap kapasitas dan kemampuan perawat akan terjaga. keluhan yang disampaikan akan lebih lengkap, dan lebih terperinci, serta sistematis sehingga memudahkan perawat mengelompokan data sebagai sarana menentukan diagnosis keperawatan, baik maupun aktual maupun potensial.

2.5.2      Menunjukkan Penerimaan

Menerima tidak berati menyetujui. Menerima pasti menyetujui, sedangkan menyetuji belum tentu menerima. perilaku apa yang ditampilkan oleh klien dan keluhan apa saja yang disampaikan klien merupakan masukan yang berharga bagi perawat, walaupun kadang apa yang diucapkan tidak sesuai dengan penyakit yang diderita dan gejala yang dialami klien.

2.5.3      Menanyakan Pertanyaan yang Berkaitan dengan Pertanyaan Terbuka

Tujuan perawat bertanya dengan pertanyaan terbuka (board opening) adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai kondisi riil dari klien dengan menggali penyebab klien mencari pertolongan atau penyebab klien datang ke tempat pelayanan.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, harapan perawat adalah memberikan perhatian terhadap apa yang telah diucapkan. Stuart and Sudeen (1995) mendefinisikan pengulangan adalah pengulangan pikiran utama yang diekspresikan klien. dimaksud bisa dimaknai sebagai pengulangan apa yang diucapkan dan pengulagan apa yang dimaksudkan.
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, maksud, dan ruang lingkup pembicaraan karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Materi yang disampaikan ataupun akan didiskusikan mengerucut pada salah satu masalah saja, yang penting adalah konsisten, dan kontinue atau berkesinambungan.
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyakan hasil pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.

2.5.8      Menawarkan Informasi

Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaannya.


Diam dilakukan perawat terhadap klien adalah bertujuan untuk menunggu respons klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat dalam rangka meningkatkan pemahaman.
Penguatan (reinforcement) positif atas hal-hal yang mampu dilakukan klien dengan baik dan benar merupakan bentuk pemberian penghargaan.
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klienb tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti.
Berikan kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang peranannya dalam interaksi ini.
Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang dibicarakan selanjutnya.
Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama.
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien. Reflesksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

2.6            Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik, antara lain:
1        Pertama, hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan. Hubungan ini didasarkan pada prinsip “humanity of nurse and clients”. Kualitas hubungan perawat-klien ditentukan oleh bagaimana perawat mengidentifikasian dirinya sebagai manusia (human).
hubungan seorang perawat dengan klien tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong dengan kliennya tapi lebih dari itu, yaitu hubungan antar manusia yang bermartabat (Duldt-Battey, 2004).
2        Kedua, perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu mempunyai karakter yang berbeda-beda. Karena itu perawat perlu memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
3        Ketiga, semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
4        Keempat, komunikasi yang menciptakan tumbuhannya hubungan saling percaya (trust) harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali pemasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart, G.W., 1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik.

2.7            Karakteristik Helper yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik

Karakteristik pribadi seorang helper atau perawat sangat menentukan keberhasilan komunikasi dalam asuhan keperawatan karena instrumen yang digunakan oleh perawat pada saat berkomunikasi dengan klien adalah dirinya sendiri. Menurut roger dalam Stuart G.W.(1998), ada beberapa karakteristik seorang helper (perawat) yang dapaat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik. Karakteristik helper tersebut antara lain:
                        Kejujuran (trustworthy) sangat penting dalam komunikas terapeutik, karena tanpa adanya kejujuran mustahil terapeutik, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa diterbina hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh kepercayaan pada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikap yang tidak jujur (Rahmat, J., 1996). Seorang perawat yang baik adalah selalu berkata jujur pada kliennya. Sikap yang tidak jujur dari perawat bisa menyebabkan klien menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh.
                        Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien dan tidak berbelit-belit. Nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan harus sesuai dengan verbalnya. Ketidaksesuaikan verbal dan nonverbal perawat dapat menimbulkan kebingungan bagi klien.


                                Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan klien lewat nonverbalnya sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ini bisa ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Roger(1974) dalam Ellis, Gates, dan Kenworthy (2000) menyatakan inti dari hubungan terapeutik adalah kehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati, dan sikap positif. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan, pemahaman yang empati, dan sikap positif. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan dalam hubungan yang terapeutik tidak diperlukan adanya kedekatan yang kuat di antara perawat dan klien yang akan tetapi yang diperlukan adalah penciptaan suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan di terima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya (Burnard, P & Morrison P., 1991). Sikap yang negati terhadap klien seperti meremehkan, berbicara sambil melakukan tindakan lain atau menilai sikap klien dapat merusakan hubungan terapeutik perawat-klien. Rusaknya hubungan terapeutik bisa menghambat tujuan yang ini dicapai.
                                Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan akan dipikirkan klien (Brammer, 1993). Seorang perawat yang bersikap empati pada klien akan mampu memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien, karena sekalipun dia turut merasakan permasalahaan yang dirasakan kliennya, tetapi dia tidak larut dalam masalah tersebut sehingga perawat dapat memikirkan masalah yang dihadapi klien secara objektif.
                        Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien (Taylor, Lilis, dan La Mone, 1997). Karena itu untuk memecahkan masalah klien perawat harus mampu melihat permasalahan tersebut dari sudut pandang klien. Untuk kemampuan ini perawat dituntut untuk memiliki kemampuan active listening dan kesabaran dalam mendengar semua ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan permasalah yang dihadapi klien berdasarkan pengalaman yang dialaminya dan memberikan saran dengan tergesa-gesa akibatnya bisa fatal jika apa yang disarankan perawat tidak memecahkan masalah klien atau klien merasa tidak puas karena keputusan yang diambil bukan keputusannya sendiri.



                        Kemampuan untuk menerima klien apa adanya juga merupakan salah satu karakteristik dari seorang helper yang efektif. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalani hubungan interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai-Otong, 1995). Menilai atau mengkritik klien berdasarkan nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukan bahwa perawat tidak menerima klien apa adanya. Seorang perawat yang baik tidak akan memandang hina pada klien dan keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan pakaian yang kumal dan kotor.
                                Sebelum seorang perawat menjadi seorang konselor, sebaiknya dia bertanya pada dirinya sendiri, “Apakah saya ini sudah sensitif terhadap perasaan atau kebutuhan orang lain?” Tanpa kemampuan ini hubungan terapeutik perawat-klien tidak akan terjalin dengan baik, karena jika pada saat berkomunikasi perawat tidak sensitif terhadap perasaan kliennya bisa saja perawat menyinggung perasaan klien.
                        Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri. Salah satu karakteristik seorang helper yang efektif dan mampu mempertahankan hubungan yang terapeutik dengan klien adalah tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien dan masa lalu dirinya.

 

 

 

 






BAB 3
PEMBAHASAN


3.1        Pengertian

Komunikasi dalam bidang keperawatan  merupakan  proses untuk menciptakan hubungan atara tenaga kesehatan dan pasien  dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, komunikasi terapeutik memegang peranan penting  memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya  komunikasi terapeuik merupakan  komunikasi  roposional yang mengarah pada tujuan yaitu  penyembuhan pasien  pada komunikasi terapeutik terdapat dua komponen penting  yaitu proses komunikasi dan efek komunikasi. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan  pengertian antara petugas kesehatan dengan pasien. Hibdon, S. (2000) menyatakan bahwa pendekatan konseling yang memungkinkan klien menemukan siapa dirinya merupakan fokus dari komunikasi terapeutik.
Contoh kasus terapeutik :
Assalamualaikum,Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Aji, Apakah benar ini dengan ibu X? Baik ibu, hari ini saya yang akan merawat ibu dari pukul 07:00 sampai 14:00 siang nati, jadi kalau ada masalah atau keluhan  ibu dapat menginformasikan kepada saya. bagaimana perasaan ibu saat akan menjalankan operasi? apakah ada keluhan  yang sedang ibu rasakan saat ini? Sebaiknya ibu jangan teralu cemas untuk operasi hari ini. Coba ibu relaksasi tarik nafas sesuai intruksi dari saya. Tnarik nafas bu tahan 3 detik lalu keluarkan melalui mulut. Ulangi relaksasi tersebut agar ibu tidak terlalu merasa cemas untuk operasi hari ini. Baik bu relaksasinya cukup 5 menit. Sekarang bagaimana perasaa ibu? Apakah sudah terasa tenang dan lebih baik? Kalau begitu saya akan kembali lagi setelah ibu selesai operasi nanti. Semoga operasinya lancar dan semoga cepat sembuh ya bu. Mungkin pertemuan kita cukup sampai disini dulu. Assalamualaikum.
Dari kasus di atas sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres.
Komunikasi trapeutik merupakan alat untuk melakukan terapi pada pasaien,

3.2        Tujuan Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi, realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. klien yang tadinya tidak bisa menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat akan mampu menerima dirinya/ Seorang wanita yang mengalami kanker serviks biasanya akan mengalami gangguan gambaran diri,gangguan harga diri, merasa tidak berarti dan tidak berharga dimata pasangannya merasa putus asa dan depresi (Berry, P.D., 1996). dengan melakukan komunikasi terapeutik pada klien tersebut, diharapkan perawat dapat mengubah cara pandang klien tentang penyakitnya, dirinya, dan masa depannya sehingga klien dapat menghargai dan menerima diri apa adanya.
Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain.
Termasuk status, peran, dan jenis kelamin. melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas dirinya yang jelas. Dalam hal ini perawat berusaha menggali semua aspek kehidupan klien di masa sekarang dan masa lalu. Kemudian perawat membantu meningkatkan integritas diri klien melalui komunikasinya dengan klien.

3.3            Jenis-jenis Komunikasi

Komunikasi terbagi menjadi dua, yaitu komunikasi secara verbal  dan komunikasi secara nonverbal, jenis komunikasi secara verbal  yaitu  klien berkomuniksi dengan secara langsung/ bertatap muka, sedangakan komunikasi secara nonverbal adalah berkomuniksi secara tidak langsung artinya klien menyampaikan sesuatu  biasanya dengan menggunakan bahasa isyarat.

3.4            Teknik Komunikasi Terapeutik

Setiap perawat harus menguasai  teknik-teknik dalam  berkomunikasi  kepada klien, karena setiap klien memiliki karakteristik yang berbeda-beda, seperti dengan mendengarkan setiap ungkapan klien dengan penuh perhatian, menunjukan rasa menerima, menanyakan pertanyaan yang bersifat terbuka agar perewat tahu apa penyebab masalah  yang di ungkakan klien, menguatkan klien  dengan masukan masukan yang positif, memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai suatu pembicaraan, membiarkan klien untuk melanjutkan  pembicaraannya sampai selesai agar si klien merasa legak.

3.5         Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik. Hubungan antara perawat dan klien adalah hubungan yang saling menguntungkan. Karena Hubungan ini didasarkan pada prinsip “humanity of nurse and clients.” Kualitas hubungan antara perawat dan kilen ditentukan dari bagaiaman acara  perawat  mengidentifikasi/ melihat dirinya sebagai seorang manusia.
Hubungan perawat dengan pasien bukan hanya sekedar hubungan antara penolong dengan yang ditolong tetapi sebagai sesama manusia yang bermartabat.
Seorang  perawat harus bisa memahami klien karena s
etiap klien mempunyai sifat, karakter, suku dan latar belakang  yang berbeda-beda, jadi perawat harus menghargai dan memahami setiap karakteristik semua komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien harus saling menjaga harga diri dan komunikasi yang menciptakan hubungan saling percaya antara perawat dan klien.

3.6        Karakteristik Helper yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik

Karakteristik seorang perawat sangat menentukan keberhasilan komunikasi dengan kilen karena instrumen  yang di gunakan oleh perawat saat berkomunikasi  adalah dirinya sendiri. Menurut Roger dalam Stuart G.W.(1998) ada beberpa karakteristik seorang perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik yaitu,kejujuran, karena kejujuran sangatlah penting dalam komunikasi terapeutik, karena tanpa adanya kejujuran, tidak akan ada rasa  saling percaya antara perawat dengan klien ,seorang akan percayapada lawan bicaranya yang terbuka dan tidak mengada ngada atau, sebaliknya, seseorang akan merasa berhati hati dan tidak percaya kepada lawan bicaranya ketika lawan bicaranya tidak jujur, dan menyembunyikan sesuatu, Tidak membingungkan dan cukup ekspresif dalam beromunikasi dengan klien,seorang perwat sebaiknya menggunakan kosakata yang mudah dimengerti dan tidak dipersusah, bersikap psitif  terhadap apa saja yang di sampaikan klien secara tidak langsung sangatlah penting  dalam membangun hubungan kepercayaan  kepada perawat, sikap positif ini bisa di tunjukan dengan sikap yang hangat dan memberikan perhatian penuh serta penghargaan kepada klien.
Seorang perawat harus bersikap empati kepada klien, agar perawat bisa merasakan  permasalahan yang sedang di rasakan oleh klien dan akan memberikan alternatif  untuk pemecahan masalah yang sedang di alamai oleh klien. Perawat harus mempunyai sifat sabar untuk mendengarkan semua  yang di ungkapkan oleh klien, agar perawat bisa mengetahui permasalahan dan bisa memberikan saran yang tepat yang bisa memecahkan masalah yang sedang klien alami.
Seorang perawat juga harus bisa menerima pasien apa adanya, dengan tidak membeda-bedakan dalam segi setatus sosial atau pun dari segi  lainya, karena jika seseorang mersa di terima, maka dia akan merasa aman dan nyaman dalam menjalani hubungan interpersonal.dan yang palingpenting adalah perwat harus sensitif terhadap keadaan pasien karna, jika saat melakukan komunikasi, sang perawat tidak sensitif, bisa saja sang klien merasa tersinggung denga katakatan perawat tadi,tanpa kemampuan ini perawattidak akan bisa menjalin hubungan terapeutik yang baik dengan pasien.

BAB 4
PENUTUP


4.1            Simpulan

Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab seorang perawat. Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan juga ketajaman perasaan, agar lebih efektif dan baik diperlukannya pengasahan keterampilan berkomunikasi sehingga efek terapeutik yang menjadi tujuan dalam komunikasi terapeutik dapat tercapai.
Dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik diperlukanya beberepa prinsip dasar yang harus dipahami, yang pertama hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, kedua perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu mempunyai karakter yang berbeda-beda, ketiga semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan dan yang terakhir adalah komunikasi yang menciptakan tumbuhannya hubungan saling percaya (trust).

4.2            Saran

1.       Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara perawat dengan klien.
2.         Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika keperawatan.


4.3               

DAFTAR PUSTAKA


Nasir, A., Muhith, A., Sajidin, M., & Mubarak, W. I. (2009). Komunikasi dalam Keperawatan; Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
riff46. (2011, Mei 21). Integrasi Konsep Komunikasi dan Etika dalam Pemberian Obat. Dipetik Oktober 25, 2016, dari Wordpress: https://riff46.wordpress.com/2011/05/21/integrasi-konsep-komunikasi-dan-etika-dalam-pemberian-obat/
Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.